Bagi orang-orang Farisi, para pendosa tidak layak untuk didekati dan tidak perlu diterima dalam pergaulan sosial. Dengan cara ini, mereka menutup kemungkinan pertobatan golongan yang dianggap berdosa dalam perjumpaan dan pergaulan dengan mereka. Apakah sikap seperti ini yang dikehendaki Allah? Sama sekali bukan.
Yesus menunjukkan sikap yang semestinya diberikan kepada mereka yang dianggap berdosa. Dia membiarkan perempuan itu datang mendekati dan meminyaki kaki-Nya dengan minyak wangi. Tindakan Yesus ini adalah bentik penerimaan. Perempuan yang dihindari oleh orang-orang Farisi, sekarang diterima di hadapan mereka. Yesus mengajak mereka untuk berusaha menerimanya kembali. Yesus menunjukkan kepada orang-orang Farisi bahwa belas kasih Allah tidak dikotakkan hanya untuk orang-orang yang dianggap saleh dan tak berdosa.
Dalam Lukas 6:35 Yesus menegaskan, "Allah baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterimakasih dan terhadap orang-orang jahat." Kalau Allah saja baik terhdap mereka yang tidak tahu berterimakasih dan yang jahat, betapa Dia juga baik terhadap mereka yang hanya dianggap jahat dan dianggap berdosa. Bagi Allah, siapa pun orangnya dan bagaimana pun keadaan hidupnya, memiliki hak yang sama untuk mendapatkan keselamatan.
Warta Belas Kasih Allah bagi Sang Perempuan
Bagi sang perempuan sendiri, Yesus menunjukkan belas kasihan yang besar. Dia tidak merasa risih didekati. Yesus tidak mementingkan situasi hidup si perempuan. Yang terpenting bagi-Nya adalah pribadi yang bersangkutan berharga di mata Allah dan berhak atas keselamatan dari Allah. Seolah Yesus mengatakan bahwa pintu penerimaan dan belas kasihan Allah terbuka bagi siapa pun. Bahkan Dia berharap setiap orang yang menjauhkan diri dari Allah, mau kembali di jalan Allah. Sekarang pertanyaan besar bagi manusianya, yaitu apakah berani menerima uluran belas kasih Allah tersebut? Apakah kita berani maju, masuk dalam penerimaan dan belas kasihan Allah?
Kenyataannya, seringkali kita mengabaikan belas kasihan Allah ini. Ketika jatuh dalam dosa, kita merasa tidak layak atau bahkan tidak merasa perlu kembali kepada Allah. Kita tak pernah mau menyadari bahwa Allah tak pernah berhenti mencintai kita.
Mengubah Sudut Pandang
Merenungkan peristiwa Yesus yang membiarkan perempuan berdosa itu membasuh kaki-Nya dengan minyak, kita diajak untuk terus menerus mengubah pandangan kita atas diri kita dan orang lain. Kalau kita memandang diri tak pantas di hadapan Allah, kita diinngatkan bahwa kita sangatlah berharga bagi Allah. Allah selalu setia menunggu pertobatan dan perubahan kita. Dia menunggu kita kembali ke dalam pelukan kasih-Nya (Luk 15:20).
Ketika kita berpandangan bahwa kita sudah suci murni dan hendak meminggirkan orang lain dengan memberi cap berdosa, atau cap tak layak bagi Allah dan tak patutu diterima dalam pergaulan sosial, kita diingatkan bahwa mereka semua layak di hadapan Allah. Kita diundang untuk turut menjadi saluran cinta kasih Allah bagi mereka dengan penerimaan, bukan meminggirkan mereka. (Rm. Stanislaus Lirmanjayasastra, O..Carm)
Kenyataannya, seringkali kita mengabaikan belas kasihan Allah ini. Ketika jatuh dalam dosa, kita merasa tidak layak atau bahkan tidak merasa perlu kembali kepada Allah. Kita tak pernah mau menyadari bahwa Allah tak pernah berhenti mencintai kita.
Mengubah Sudut Pandang
Merenungkan peristiwa Yesus yang membiarkan perempuan berdosa itu membasuh kaki-Nya dengan minyak, kita diajak untuk terus menerus mengubah pandangan kita atas diri kita dan orang lain. Kalau kita memandang diri tak pantas di hadapan Allah, kita diinngatkan bahwa kita sangatlah berharga bagi Allah. Allah selalu setia menunggu pertobatan dan perubahan kita. Dia menunggu kita kembali ke dalam pelukan kasih-Nya (Luk 15:20).
Ketika kita berpandangan bahwa kita sudah suci murni dan hendak meminggirkan orang lain dengan memberi cap berdosa, atau cap tak layak bagi Allah dan tak patutu diterima dalam pergaulan sosial, kita diingatkan bahwa mereka semua layak di hadapan Allah. Kita diundang untuk turut menjadi saluran cinta kasih Allah bagi mereka dengan penerimaan, bukan meminggirkan mereka. (Rm. Stanislaus Lirmanjayasastra, O..Carm)
Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, itulah yang kuinginkan: diam di rumah Tuhan seumur hidupku.
Posting Komentar